Jumat, 02 Oktober 2015

Lange; The Hidden Beach of Aceh Besar

The hidden beach adalah pantai tersembunyi, pantai yang biasanya sulit untuk diakses, baik itu jalurnya, izinnya dan lokasinya. Biasanya hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mencapai tempat seperti ini, salah satunya adalah penduduk lokal.

Di Aceh Besar sebenarnya ada beberapa pantai yang tersembunyi yang biasanya jarang didatangi oleh orang-orang ataupun pengunjung. Bagi anda yang pernah mengunjungi Banda Aceh atau Aceh Besar pasti sudah pernah ke Pantai Lampuuk, Lhok Nga, Lhok Me. Bagaimana dengan Lhok Mata Ie, Lhok Keutapang dan juga Lange, serta pantai-pantai yang letaknya terpencil?

Admin Wisma Tsacita berkesempatan untuk menelusuri salah satu pantai tersembunyi ini, pantai yang masih berada di Desa Lampuuk, Aceh Besar. Apalagi kalau bukan Pantai Lange. Pantai yang lokasinya berada di balik perbukitan ini sebenarnya adalah pantai yang dilarang untuk dikunjungi. Warga setempat takut akan para pengunjung yang nantinya dapat mengotori, mencemari, dan juga merusak lingkungan. Karena kejadian tersebut telah terjadi sebelumnya, maka akhirnya warga setempatpun memberlakukan himbauan ataupun larangan kepada para pengunjung untuk tidak masuk ke tempat yang memiliki keindahan yang sangat luar biasa ini.


Namun sebenarnya para pengunjung masih bisa datang untuk menikmati keindahan Pantai Lange ini. Asalkan sudah mengantongi izin dari Geuchik (Kepala Desa/Keluarahan), mukim, serta perjalanan yang dilakukan pengunjung ditemani/didampingi oleh pemuda setempat, maka pengunjung diperbolehkan untuk masuk ke pantai tersembunyi ini. Memang tidak mudah untuk mendapatkan izin dari Geuchik serta perangkat desa lainnya, sudah banyak pengunjung yang datang secara berkelompok meminta izin secara langsung, namun sangat banyak diantara mereka yang tidak berhasil dan akhirnya pulang dengan perasaan yang kecewa.

Akan tetapi, kali ini admin sangat beruntung, admin dan tiga orang tamu perempuan Wisma Tsacita yang berasal dari Meulaboh yaitu Evi, Zaky dan Miftah dan juga tamu laki-laki yang berasal dari Jerman. Kami berlima bisa masuk ke pantai tersemunyi ini dengan bantuan dari Tim Aceh Explorer di mana guide kami adalah masyarakat dari desa ini sendiri, dan mereka juga sudah sangat kenal betul dengan medan perbukitan menuju Pantai Lange ini.

Pada tanggal 26 September 2015, 08.15 WIB, kami berlima berangkat dari penginapan Wisma Tsacita Banda Aceh menggunakan sepeda motor menuju Desa Lampuuk, Aceh Besar. Sebelum ke sana, kami sudah membeli perbekalan makanan seperti beberapa botol air mineral ukuran besar, roti untuk sarapan, dan nasi bungkus untuk makan siang nanti, segala bekal harus disiapkan sebelumnya, karena dari Desa Lampuuk menuju Pantai Lange, kita tidak akan bisa menemukan penjual makanan ataupun minuman.

Sampai di Desa Lampuuk, kami berjumpa dengan guide kami dan langsung bersalaman serta memperkenalkan diri masing-masing, kami juga bersalaman dan berkenalan dengan beberapa pemuda mukim setempat, dan syukur alhamdulillah kita diizinkan masuk.

Perjalanan sesungguhnyapun dimulai, dengan menggunakan sepeda motor, kami memacu kendaraan kami menuju jalan menanjak, jalanan cukup terjal memang, didominasi bebatuan kasar, kita terus gaspol dan akhirnya menjumpai jalan yang terbuat dari semen yang lebarnya hanya 1 meter saja, jalan ini menanjak ke atas dan berjumpa lagi dengan jalanan bebatuan, cukup terjal memang. Dan kami akhirnya memutuskan untuk memarkirkan sepeda motor kami, karena akan terasa sangat sulit untuk dilanjutkan dengan sepeda motor dikarenakan kondisi jalan yang semakin buruk, terjal dan curam.

Parkir Motor
Kondisi Jalan Berbatu
Kondisi Jalan Bertanah
Trekking dilakukan selama dua jam, selama trekking kami melewati perkebunan warga yang menjelma seperti hutan, banyak pohon-pohon besar yang kami temui, suara-suara liar menemani kami selama treking menuju ke Pantai Langee, kami juga berfoto-foto karena sangat disayangkan tanpa mengabadikan suatu tempat yang belum tentu orang bisa datang. Sesekali kami beristirahat sambil makan roti sembari mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan trekking ini.

Sedang beristirahat
Kami juga melewati sungai-sungai kecil, sebenarnya ada juga sungai yang melintasi pinggir bukit menuju ke Pantai Langee ini, suarah aliran airnya terdengar sangat jelas. Berjalan sekitar beberapa menit lagi, suara deru ombak, mulai terdengar, awalnya mulai sedikit kelelahan, tiba-tiba kami mulai bersemangat kembali. Kami melihat bukit berwarna hijau, kami berlomba naik ke atas, seakan-akan ini sebuah kompetisi. Inilah Pantai Lange, tiba di atas bukit, sejenak kami berdiri, merentangkan tangan menikmati angin yang bertiup sepoi, indah sekali rasanya berdiri di atas bukit, dengan tangan terbentang merasakan angin yang membalut badan sembari menikmati pantai berpasir putih kecoklatan dan laut yang langsung menghadap samudera Hindia ini.

Pantai Langee dari atas bukit sisi kiri
Pantai Langee dari atas bukit sisi kanan
Sekitar pukul 12:00 WIB kami tiba di Pantai Lange, tenaga memang terkuras banyak, namun semuanya terbayar dengan hasil yang kami dapatkan. Tak ada seorangpun melainkan kelompok kami saja, bagaikan pantai pribadi.

Karena sudah siang dan juga sedikit kelahan kamipun beristirahat sambil makan siang yang sudah kami beli sebelumnya.

Istirahat dan Makan Siang
Setelah istirahat dan makan siang, kami langsung berjalan menyusuri pantai kamu juga pergi ke sebuah benteng peninggalan penjajahan Belanda, benteng ini memang masih terlihat, namun sebagian sisinya diseimuti oleh rerumputan dan juga ilalang yang ada disekitarnya. Sepanjang pantai, kami melihat ada beberapa sampah, sebenarnya sampah ini bukan dari pengunjung yang datang ke pantai ini, akan tetapi sampah yang terbawa oleh ombak laut yang melabuhkan kotorannya di pinggir pantai. Mungkin sampah dari pantai lampuuk atau lhoknga, namun ada juga sampah yang berasal dari luar negeri, tertera Made In Srilanka pada kemasannya, ada juga yang berasal dari Kamboja terlihat dengan tulisan Khmernya. Setelah puas melihat-lihat dan menikmati Pantai Lange, kamipun melanjutkan perjalanan menuju ke Ie Rah. Ie Rah adalah pantai bebatuan yang menyemburkan air dari bawah.

Perjalanan menuju Ie Rah, terbilang sulit, kami harus melewati bebatuan yang permukaannya kasar dan tajam, harus ekstra hati-hati memang, sesekali kami juga harus memanjat bebatuan ini, waktu itu kami seperti sedang melakukan Rock Climbing, jantung berdebar takut akan jatuh. Namun semua bisa diatasi, kami dibantu oleh pemandu kami, mereka membimbing kami batu yang mana untuk dijadikan pijakan dan batu yang mana untuk dijadikan pegangan, semua teratasi, Alhamdulillah...

Tunggu giliran

Bebatuan cadas dan tajam

Medan bebatuan

Akses menuju Ie Rah

Ombak ganas

Tamu dan Tim

Berjalan kurang lebih 50 menit, melewati bebatuan yang kasar dan tajam, sesekali berjalan melewati pasir yang empuk, dan akhirnya kami bertemu Ie Rah. Berlari dengan hati yang senang dan gembira, akhirnya kami bisa menaklukkan jalan yang sulit untuk bertemu Ie Rah. Mission Accomplished!!!

Ie Rah

Menikmati Ie Rah

Ie Rah dan pantainya

Semburan Ie Rah

Amazing Ie Rah

Luar biasa rasanya, setelah puas merasakan deburan ombak dan juga tekanan air yang keluar dari permukaan batu yang berselimutkan rumput laut, kamipun menikmati pemandangan yang indah ini dari kejauhan, kami berteduh di bawah pepohonan sambil mengeringkan pakaian yang basah di badan akibat semburan air laut.

Pada pukul 15.00 WIB, perjuangan belum berakhir, kami harus kembali lagi ke desa Lampuuk dalam keadaan utuh, kamipun kembali berjuang, melawan rasa takut. Kami harus berhati-hati melangkahkan kaki, jika tergelincir akan fatal akibatnya. Kami dibantu dan dipandu oleh tim ACEH EXPLORER, mereka sangat sigap. Siap atau tidaknya kami, kami langsung ditarik ke atas, jika kami tidak siap sementara ombak dengan ganas menyapu bebatuan, pastilah kami terbawa arus, namun itu tidak terjadi, guide kami selalu siap dan sigap setiap saat.

Istirahat

Lanjut perjalanan lagi

Pukul 17.45 WIB kami sampai di desa Lamppuk, sungguh perjalanan yang luar biasa sekali, keringat mengucur diseluruh badan, hasil trekking dari Ie Rah ke Lange\e kemudian ke Lampuuk. Terima kasih kepada ACEH EXPLORER yang sudah menjadi guide kami dari awal mula perjalanan sampai akhir, tim yang hebat sekali. Terima kasih juga kepada para tamu Wisma Tsacita Banda Aceh, Miftah, Devi dan Zaki dan juga Peter dari Jerman, mereka tangguh sekali! Sampai jumpa diperjalanan berikutnya.

SALAM!

2 komentar:

  1. kalau wisata di pulai WE itu memang ada atau tidak???

    BalasHapus
  2. Hi Dian, Pulau Weh (Sabang), di sana banyak banget tempat wisata yang mesti dikunjungi, yang paling cantik itu Iboih, visit Aceh ya :)

    BalasHapus